Vaksinasi-Prokes Kunci Pemulihan Ekonomi
JAKARTA - Pemulihan ekonomi akibat gempuran Covid-19 menjadi salah satu fokus pemerintah. Akselerasi vaksinasi dan peningkatan protokol kesehatan pun dinilai menjadi kunci untuk bisa mendorong pemulihan ekonomi pada 2022. "Akselerasi program vaksinasi dan peningkatan protokol kesehatan secara simultan masih menjadi kunci untuk mendorong pemulihan ekonomi dan meningkatkan prospek ekonomi dalam jangka pendek. Pasalnya Indonesia masih cukup rentan terhadap gelombang ketiga pandemi Covid-19 seiring dengan meningkatnya mobilitas dan kebijakan penanganan," ujar Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, Arsjad Rasjid, Selasa (25/1). Arsjad menuturkan, Indonesia berhasil menapaki 2021 yang penuh tantangan dan berhasil menunjukkan tanda-tanda pemulihan ekonomi yang positif. Hingga Januari 2022, capaian vaksinasi dosis satu di Indonesia telah menyentuh lebih dari 86 persen da lebih dari 60 persen untuk dosis kedua. Dari sisi ekonomi, Indonesia bisa tumbuh 3,51 persen per triwulan III 2021. Demikian pula ekspor tertinggi berhasil dicapai Indonesia pada 2021 sebesar 231 miliar dolar AS. "Hal ini membawa optimisme pertumbuhan ekonomi Indonesia pada angka 4,7 persen hingga 5,5 persen pada 2022," katanya. Sebelumnya, Direktur Celios Bhima Yudhistira berpendapat bahwa pandemi Covid-19 yang masih berlangsung di tahun 2022 akan mengganggu pertumbuhan ekonomi nasional diikuti oleh ketidakpastian munculnya varian virus baru. Bhima menilai munculnya varian Omicron dan yang kini sudah masuk ke Indonesia dengan tingkat penularan yang tinggi akan berpengaruh pada aktivitas ekonomi nasional. Bahkan sekalipun kasus Omicron di Indonesia masih cukup terkendali, namun kasus Omicron di luar negeri seperti Eropa dan Amerika Serikat yang masih tinggi akan tetap berdampak pada Indonesia. Tingginya kasus Covid-19 varian Omicron di negara lain, lanjut Bhima, akan berpengaruh pada sistem logistik. "Tapi harus waspada kalau ekspor ke Amerika, Eropa, atau negara dengan tingkat kasus Omicron cukup tinggi akan berpengaruh pada pembatasan sosial dan logistik. Jadi untuk ekspor permintaan ada, tapi barangnya sampai tiga bulan ke depan," katanya. (bbs/kbe)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: